Selasa, 05 April 2016

makna iman



Makna Iman
          Kata iman berasal dari bahasa Arab, yaitu amana-yu’minu imanan yang berarti mempercayai atau meyakini, dan orang yang beriman disebut Muslim. Kata iman ini merupakan derivatif dari kata amana-yu’,minu-amnan, yang berarti aman atau sentosa. Dengan menghubungkan kata iman dan amnan, dapat dipahami bahwa orang-orang yang beriman akan memperoleh keamanan secara fisik, material dan mental atau batin dalam kehidupannya.
          Dengan beriman, diri, kehormatan, dan harta seseorang mukmin menjadi terpelihara bagi mukmin lain, kecuali ia melakukan pelanggaran-pelanggaran terhadap aturan-aturan agama. Dalam islam, orang yang beriman mendapat jaminan keamanan dari pemerintah Islam yang berkuasa dan melalui keimanan ia berkewajiban memberi rasa aman kepada yang lain yang ada disekitarnya. Secara batin, dalam pandangan islam, iman merupakan prasyarat untuk memperoleh kebahagian, ketenangan hidup, baik didunia maupun diakhirat, seperti firman Allah dalam surah Al-Nahl ayat 97:
          Barang siapa mengerjakan amal saleh, baik laki laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”
          Ayat ini menegaskan siapa saja yang melakukan amal saleh, baik laki laki maupun perempuan selama beriman dengan benar, Allah akan memberikan untuknya kehidupan yang bahagia dan tenang didunia dan membalasnya dengan pahala serta ganjaran lebih baik dari apa yang dilakukan orang tersebut nantinya di akhirat.
          Kata iman seakar pula dengan amanah yang berarti secara benar bahwa Allah adalahh Rabb dari segala sesuatu yang ada, Dialah yang menguasai, memiliki dan menciptakannya. Dia pula satu satunya Zat yang berhak diibadahi, baik yang menyangkut salat, puasa, berdoa, berharap, takut.,rendah diri, patuh dan pasrah. Dia yang hanya patut disifati dengan sifat sifat Mahasempurna dan suci dari segala kekurangn-kekurangan. Keyakinan ini harus diikuti dengan persyaratan secara lisan tentang keimanan dan dibuktikan secara kongkret dalam perilaku dan perbuatan sehari-hari.
          Ada tiga unsur pokok iman, yakni keyakinan dalam hati. Pernyataan dengan lisan, dan beramal sesuai dengan iman. Dengan demikian, orang yang beriman sejalan antara keyakinan dalam hati dengan ucapan dan perbuatannya.
          Tingkatan iman seseorang berbeda satu sama lain. Iman seseorang rasul tidak sama dengan manusia biasa. Iman khulafaurrasyidin tidak sama tingkatnya dengan iman sahabat nabi lain. Begitu pula iman orang-orang yang taat tidak sama dengan iman orang-orang fasik. Perbedaan tingkat iman ini bergantung pada keyakinan seseorang dalam hati sebagai buah dari pengetahuan tentang Allah, nama, dan sifat-Nya.
          Pada dasarnya, iman terdiri dari beberapa cabang. Ini sejalan dengan penjelasan Nabi SAW dalam sabdanya:
          “ Dari Abu Hurairah berkata, “Rassulallah SAW bersabda, ‘Iman itu mempunyai enam atau tujuh puluh cabang, cabang yang paling tinggi (utama) adalah mengucapkan kalimat La Ilaha Illallah, yang paling rendah adalah membuang gangguan atau duri dari jalan, dan malu adalah bagian dari iman.’” (H.R. Muslim)
          Berdasarkan hadist ini cabang iman tertinggi adalah mengucapkan kalimat “la ilaha illahllah”. Ini dapat dipahami karena kalimat “la ilaha illallah” mempunyai arti penting dalam Islam. Dalam kalimat ini terdapat pengakuan tentang keesaan Allah. Kesedian mengucapkan dan mengakui kalimat ini sebagai tanda seseorang secara formal menjadi Muslim.
          Dalam hadist diatas dijelaskan bahawa cabang iman yang terendah adalah membuang gangguan atau duri dari jalan untuk memelihara keselamat Muslim yang melewati jalan tersebut. Pada saat yang sama hadist tersebut menginformasikan bahwa sikap malu sebagai akhlak dalam kehidupan sehari hari, merupakan bagian penting dari iman yang dimilik seseorang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar